LANGKAH-LANGKAH MENANGANI KONFLIK
Konflik memang bukan sesuatu yang menyenangkan, apalagi jika Anda terlibat di dalamnya. Dan boleh
dikata, semua orang pasti pernah terlibat dalam suatu konflik.
Tentu saja sebelum Anda berurusan dengan situasi semacam itu, Anda harus terlebih dahulu berdoa;
memohon kebijaksanaan, pemahaman, dan agar Tuhan menyingkapkan akar permasalahan,
mendamaikan, dan memulihkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Selain itu, ada beberapa tips yang mungkin dapat membantu Anda untuk menyelesaikan suatu konflik.
1. Menjadi Pendamai. Alkitab mengatakan bahwa tujuan kita sebagai orang-orang yang telah lahir
baru ialah menjadi pendamai. Seseorang yang memahami benar posisinya sebagai pendamai akan
membantu pihak-pihak yang terlibat dalam konflik mengerti dari mana harus memulai
menyelesaikan konflik. Sebagai pendamai, tujuan kita adalah untuk membawa kedamaian,
menyelesaikan konflik, dan memulihkan kesatuan.
2. Tetap netral. Penting bagi Anda untuk tetap netral jika ada dua/lebih pihak yang sedang
berselisih paham. Dengan tetap netral, Anda tidak memihak siapa pun, tapi berperan sebagai
mediator -- tidak memihak mana pun tapi memastikan adanya kebenaran dan keadilan dalam
situasi tersebut.
3. Dengarkan kedua (atau lebih) pihak. Setiap cerita terdengar sangat bagus sampai saat Anda
mendengarkan cerita yang lain. Usahakan untuk mendengar semua versi cerita yang ada dan
jangan menghakimi sampai Anda mendengarkan cerita-cerita yang lain. Jika sudah demikian,
Anda akan mampu memahami benar apa yang terjadi dan apa akar permasalahan dari sebuah
konflik, dan kemudian dapat membuat pengamatan dan kesimpulan.
4. Mau membujuk pihak-pihak untuk bertanggung jawab. Jika suatu pihak/pihak-pihak telah
melakukan hal yang salah, Anda harus bersedia menghampiri pihak-pihak tersebut untuk
membuat mereka bertanggung jawab secara alkitabiah, menjelaskan kesalahan mereka, dan
menunjukkan apa yang Alkitab katakan mengenai apa yang mereka lakukan. Minta mereka untuk
bertobat bila perlu. Dengan demikian, Anda akan memimpin mereka kepada Tuhan secara
alkiabiah dan mendorong mereka untuk berjalan dalam roh, bukan dalam kedagingan mereka.
5. Nasihati pihak-pihak dalam konflik. Rasul Paulus adalah teladan yang baik ketika ia
menasihati dua orang wanita di Filipi 4:2, "Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya
sehati sepikir dalam Tuhan." Paulus memerlihatkan kepada mereka bahwa ia mengasihi mereka
berdua dan tidak memihak siapa pun, namun fokus pada hal yang lebih penting -- rekonsiliasi.
6. Mendorong adanya rekonsiliasi. Paulus mendorong kedua wanita itu, tidak peduli apa
permasalahan mereka, untuk sehati sepikir dalam Tuhan. Tanggung jawab kita adalah mendorong
pihak-pihak yang berkonflik agar mau menyelesaikan masalahnya, berdamai, saling
berkomunikasi, dan juga bertanggung jawab atas tindakan mereka serta bersedia untuk minta
maaf jika memang perlu.
7. Satukan pihak-pihak yang berselisih paham. Saat mereka setuju untuk berdamai, langkah
selanjutnya ialah menetapkan waktu untuk mereka saling bertemu dan berekonsiliasi dengan
Anda berperan sebagai mediator. Jika mereka menghendaki hal semacam itu sendiri, bagus, tapi
jika tidak, seorang mediator harus hadir juga. Usahakan untuk bicara secara pribadi dengan pihak-
pihak yang terlibat sebelum pertemuan dimulai. Itu dilakukan untuk memberikan kepada mereka
hikmat ilahi dan pencerahan dalam situasi melalui Alkitab dan mendorong mereka untuk
berdamai.
8. Beri semua pihak kesempatan berbicara. Pada pertemuan rekonsiliasi, minta pihak-pihak yang
ada untuk membagikan pikiran dan perasaan mereka sehubungan dengan apa yang terjadi.
Dengarkan mereka dan arahkan mereka agar mereka tidak berdebat lagi, namun tetap fokus pada
tujuan pertemuan -- untuk berdamai dan saling memaafkan. Akan baik jika Anda sebagai
mediator mengutarakan keinginan Anda tentang bagaimana pertemuan itu akan berjalan. Hal itu
akan membuat Anda semakin siap dan pertemuannya pun akan berjalan dengan lebih baik --
fokus pada tujuannya, yakni rekonsiliasi.
9. Dorong mereka untuk memaafkan dan melupakan yang lalu. Sebelum mengakhiri pertemuan
itu, katakan pada mereka untuk benar-benar saling memaafkan dan melupakan kejadian yang
sudah-sudah, jangan sampai diungkit-ungkit lagi di kemudian hari. Meskipun mereka
membutuhkan waktu untuk pulih, namun dengan menjelaskan kepada mereka bahwa memaafkan
adalah melupakan kesalahan, mereka tidak akan tenggelam dalam amarah dan perpecahan lagi.
(t/Dian)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Nama situs : Filoiann Wiedenhoff.com
Judul artikel : Practical Steps to Resolving Conflict
Penulis
: Filoiann Wiedenhoff
Alamat
URL
: