Skip to main content

Situs Indolead

Mengembangkan Karakter Pemimpin Kristen (I)

Pendahuluan

Hampir mustahil memisahkan antara kepemimpinan Kristen dengan karakternya, antara kepemimpinan Kristen dengan kehidupan spiritualnya. Ini merupakan hal yang paling penting dan absolut jika hendak menjadi pemimpin Kristen yang efektif. Setiap pemimpin gereja yang potensial juga akan terkena diskualifikasi jika tidak menunjukkan kehidupan kerohanian yang baik. Itu sebabnya Yesus memberikan teladan dengan menjadi manusia, agar para pemimpin Kristen memiliki roh seorang hamba Tuhan yang dimampukan dan diperkaya oleh Roh Kudus.

Godaan Kepemimpinan (II)

[Bagian pertama e-Leadership 130 telah dibahas mengenai 2 hal dominan yang kerap muncul dalam kepemimpinan yaitu kekuasaan dan ego.]

Kemarahan

Seseorang yang saya kenal dekat, suatu kali menyatakan sesuatu yang cukup menantang. Ia berkata, "Jika saya memanggil anak saya dengan cara berteriak, kalian mengatakan saya marah. Padahal bila kalian melakukan hal itu, kalian membenarkan diri dengan mengatakan bahwa tindakan seperti itu merupakan kemarahan yang benar. Lalu di mana letak perbedaannya?"

Godaan Kepemimpinan (I)

Bila kita membicarakan masalah kepemimpinan, biasanya kita langsung mengaitkannya dengan kedudukan dan kekuasaan. Untuk dapat menjalankan kepemimpinan secara benar, tidak jarang orang menghadapi berbagai rintangan ataupun godaan. Dari sekian banyak rintangan, ada tiga hal dominan yang acap kali muncul dalam kepemimpinan, yakni kekuasaan, ego, dan kemarahan. Kegagalan dalam mengatasi ketiga hal itu, tidak jarang membuat roda kepemimpinan tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan. Karena itu, diperlukan kesungguhan hati dan kiat tertentu dalam mengatasinya.

Jauhilah Godaan

Baca: 2 Timotius 2:14-26

Menurut mitologi Yunani, peri laut mendiami beberapa daerah Pantai Mediterania. Pada saat kapal-kapal lewat, para peri tersebut menyanyikan lagu-lagu memikat. Akibat mendengar nyanyian tersebut, para pelaut akan terjun dari kapal dan tenggelam. Mereka tertarik oleh lagu-lagu itu.

Suatu saat, Odysseus sedang berada di atas sebuah kapal yang harus melalui jalur itu. Karena sadar akan godaan lagu-lagu tersebut, ia memberi perintah agar ia diikat dengan tali pada tiang kapal dan agar telinga para awak kapal ditutupi dengan lilin. Dengan demikian, mereka tidak lagi mendengar musik para peri yang menggoda. Berkat tindakan pencegahan tersebut, Odysseus dan para awak kapal dapat berlayar terus. Mereka pun tidak jatuh ke dalam godaan peri-peri laut.